BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Rumput laut atau juga algae merupakan
salah satu sumberdaya alam yang tingkat keragamannya sangat tinggi. Provinsi
Maluku yang 90 % wilayahnya terdiri atas lautan, mamiliki potensi sumberdaya
laut yang cukup besar, satu diantaranya rumput laut. Keberadaan rumput laut
dalam ekosistem sangat penting hal ini berkalutan dengan aktivitas fotosintesis
yang terjadi pada rumput laut.
Rumput laut (seaweed) merupakan salah
satu tumbuhan laut yang sangat berperan bagi ekosistem wilayah pesisir, sebagai
tempat memijah, tempat asuhan dan tempat mencari makan, terutama bagi ikan
herbivore serta tempat berlindung berbagai jenis biota laut (Atmadja et al,
1990). Kehadiran komunitas rumput laut sebagai produsen primer adalah
penyumbang biomassa terbesar terhadap sistem tropic di laut dan merupakan
sasaran utama laut di laut pada kenyataannya banyak dipengaruhi oleh berbagai
factor pengontrol baik biotik maupun abiotic.
Pemanfaatan rumput laut dewasa ini
telah dikembangkan secara luas dalam berbagai bidang industry sebagai bahan
baku makanan, minuman,obat-obatan, farmasi,kosmetik, dan sebagai bahan tambahan
pada proses industry plastic,baja, dll (Atmadja et al, 1990).keperluan dunia
terhadap rumput laut yang cenderung meningkat memaksa peningkatan teknologi
secara berlebihan dalam rekayasa genetic maupun penambahan bahan kimia (zat
perangsang) secara berlebihan ditakutkan akan mempengaruhi eksistensi rumput
laut secara luas.
B.
Tujuan
“ agar dapat mengetahui makro algae atau
rumput laut yang mempunyai nilai ekonomis penting serta penyebaran rumput laut
di perairan Maluku dan sekitarnya ”
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Algae (Rumput laut)
Di perairan Maluku diperkirakan terdapat lebih dari 75 jenis
rumput laut. Dari jumlah tersebut kira-kira ada lima belas jenis yang
kelimpahan cukup besar dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai konsumsi
sendiri atau sebagai komoditas ekspor (LON-LIPI, Ambon, 1988)
Rumput laut yang memiliki
nilai ekonomis penting di Maluku
Sampai saat ini hanya jenis algae dari golongan algae merah (Rhodophyceae) yang memiliki nilai
ekonomis yaitu :
-
Jenis
agarofit seperti Gracilaria
-
Jenis
Carrageenofit misalnya Euchema dan Kapphycus
Sedangkan golongan algae
hijau (Chlorophyceae) hanya di
konsumsi lokal, misalnya Caulerpa.
Kemudian dari sumber yang
didapatkan pada Puslitbang Oseonologi-LIPI di Ambon oleh Kresno Yulianto dan
Kurnaen Sumadhiharga pada karya yang berjudul “Komunitas Rumput Laut di
Perairan Pulau Geser dan Pulau Makola Seram Timur Maluku Tengah. Menulis bahwa
rumput laut yang mempunyai nilai ekonomi seperti Gracilaria Hypnea
dan Eucheuma didapatkan dalam jumlah cukup besar di Maluku dan biasa
dimanfaatkan masyarakat setempat untuk di konsumsi sendiri atau komoditi
ekspor. Di Maluku Utara, pulau Limbo dengan kecamatan Taliabu barat terdapat
rumput laut marga Eucheuma yang diusahakan sejak tahun 1968, panen
dilakukan 2 kali setahun, rata-rata tiap kali panen menghasilkan 60 ton berat
kering. Di Seram Timur Maluku Tengah merupakan daerah rumput laut marga Eucheuma
utama di seluruh seram. Rumput laut tersebut diusahakan sejak tahun 1966 dengan
rata-rata produksinya 130 ton kering setiap tahunnya (Mubarak, 1974).
B.
Habitat dan Penyebaran Rumput
Laut
-
Daerah
penyebaran dan produsen rumput laut di perairan Maluku antara lain Maluku Utara
terutama di P. Limbo, P. Doi, Ngele-ngele (Halmahera Utara), Jorongan
(Halmahera Selatan). Dari pulau Limbo dapat dihasilkan 60 ton Eucheuma kering
setiap kali panen. Maluku Tengah merupakan penghasil Eucheuma, Gracilaria dan
Hypnea terutama daerah Seram Timur yaitu P. Geser, P. Seram Rei, P. Kefing, P.
Kifar, P. Nukus dan P. Grogos.
-
Sedangkan
di Seram Barat adalah P. Osi dan di Seram Utara adalah P. Tujuh. P. Nusalaut
terutama desa Ameth merupakan penghasil Hynea dan Gracilaria.
-
Maluku
Tenggara merupakan penghasil Eucheuma terutama Kep. Aru yang dapat
menghasilkan ± 600 ton per tahun. Di
daerah ini ada 4 daerah penghasil rumput laut utama yaitu Krei Baru,
Karanwaira, Warialau dan Mohangsel. Selain di kepulauan Tanimbar bagian Utara
yaitu di Matiratan, Watidal, Pulau-pulau Nuslima, Nurhat, dimana dalam setiap
kali panen dapat dihasilkan 50 ton. Sedangkan Kep. Tanimbar Selatan dapat
menghasilkan 60 ton selatan.
-
Di Maluku Turbinaria ornata di temukan
pada beberapa lokasi antara lain di Maluku Tenggara Barat (Kecamatan Selaru,
Kecamatan Wermaktian, Kecamatan Tanimbar Utara, dll), Pulau Osi-Kabupaten Seram
Bagian Barat, di Desa Hutumuri, dan beberapa daerah lainnya.
-
Di Pantai Selatan Geser ditemukan tumbuhan
rumput laut (Seaweed) dan alang-alang laut (Seagress).
-
Rumput
laut juga ditemukan di P. Makola daerah yang mempunyai karang penghalang,
walaupun pulau tersebut berhadapan langsung dengan laut banda disebelah
selatannya dan laut seram disebelah utaranya, tapi keadaan pantainya relatif
tenang karena terlindungi dari pukulan ombak. Dari hasil penelitian di pantai
Pulau Makola peroleh 41 jenis algae, terdiri dari 24 jenis algae merah
(Rhodopyta), 9 jenis algae hijau (chlorophyta) dan 8 jenis algae coklat
(Phaeophyta). Dengan proporsi jenisnya masing-masing 66%, 26% dan 8 %.
C.
Prospek Pengembangan
Prospek
pengembangan industry rumput laut di Provinsi Maluku sangat baik, karena hal
ini didukung oleh beberapa factor misalnya,
a. Sumberdaya rumput laut melimpah dan murah
b. Lahan pengembangan budidaya tersedia sangat
luas
c. Permintaan pasar baik nasionall maupun
internasional cukup tinggii dan
d. Kualitas karagenofit sangat baik dengan hasil
ekstrasi 60-80% untuk ‘carrageenan’ dan 66-90% untuk ‘semi refined
carrageenan’.
D. Peta Penyebaran
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prospek pengembangan komoditi hasil perikanan
ekonomis penting di perairan Maluku sangat baik. Sampai saat ini tingkat
pemanfaatannya masih dibawah tingkat optimal. Walaupun data ilmiah belum
tersedia dengan lengkap, namun dari data sekunder yang ada hal tersebut diatas
dapat dipercaya.
Prospek pengembangan sumberdaya hayati laut di
Maluku seperti rumput laut mulai di kembangkan di berbagai Pulau-pulau yang ada
di perairan Maluku. Rumput laut yang memiliki nilai ekonomis yaitu Gracilaria, Euchema, Kapphycus, dan
Caulerpa.
B. Saran
Sumberdaya rumput laut yang melimpah di
berbagai perairan Maluku seharusnya masyarakat pesisir menyadarinya bahwa
perlunya pemanfaatan serta pengembangan budidaya agar dapat menghasilkan nilai
ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Atjep
Suwartana 1985. Sumberdaya Laut Perairan Maluku dan Masalah Pengembangannya.
LIPI – Lembaga Oseonologi Nasional Ambon.
Kresno
Yulianto dan Kurnaen Sumadhiharga 1987. Komunitas rumput laut di perairan Pulau
Geser dan Pulau Makola Seram Timur Maluku Tengah. Puslitbang Oseonologi – LIPI
Ambon.
Z. Arifin, S.A. Yusuf, L.F. Wenno,
A.M. Hatta dan E. Yusron 1991. Potensi Komoditi Hasil Perikanan Ekonomis
Penting di Perairan Maluku. Puslitbang Oseonologi – LIPI Ambon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar